Al-hamdulillah, shalawat dan salam serta keberkahan semoga berlimpah kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mendukungnya..Selanjutnya
Wahai Ikhwanul Muslimin
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Semoga Allah menerima puasa kita semua, begitu pula qiyam dan amal shalih kita, saat ini kita berada di puncak bulan yang mulia, menuju sepuluh hari terakhir, dimana pada saat-saat inilah sunnah menghidupkan I’tikaf.
I’tikaf merupaka sarana pembersih jiwa dan olah raga hati, ia juga merupakan salah satu wahana untuk melakukan khalwah (komunikasi langsung) kepada Allah dengan bersungguh-sungguh menggapai kebahagiaan dan cocok untuk memperbaiki hati-hati kita, dengan cara memutuskan secara penuh hubungan dengan dunia dan menerima secara full perintah Allah SWT berupa menunaikan shalat, tilawah, dzikir, meninggalkan berbagai kesibukan duniawi, ucapan tiada guna, makan dan tidur. Siangnya para mu’takifin (orang yang beri’tikaf) melakukan dzikir, fikir, tilawah, tasbih dan tahmid, dan ketika hari mulai gelap mereka
يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
“Mereka sibuk dengan kegiatan untuk Tuhan mereka dengan bersujud dan qiyam” (Al-Furqan:64)
Karena menyadari bahwa waktu malam merupakan saat yang tepat untuk mendekatkan diri kepada yang dicintai (Allah), dan bersujud merupakan saat yang sempurna untuk berkomunikasi kepada-Nya dan bermunajat keharibaan-Nya.
Nabi saw pernah bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Jarak terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah pada saat sujud, maka perbanyaklah berdo’a”. (Muslim)
Mereka pada malam hari bermunajat kepada Tuhan mereka dengan ucapan yang ternikmat, meletakkan wajah mereka dengan penuh ketawadhuan untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah Tuhan semesta alam, air mata membasahi pipi dan jenggot mereka, hati-hati merengkuh mengharap rahmat Allah dan takut akan azab-Nya
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
“(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?”. (Az-Zumar:9)
Lisan mereka senantiasa mengucapkan:
Mata tidak tidur kepada selain karena Allah adalah batil #
Sementara tangis mereka kepada selain karena kehilangan-Mu adalah sia-sia
Agar dapat terwujud hal tersebut wahai ikhwan sekalian maka selayaknya memperhatikan hal-hal berikut:
1. Berusaha untuk I’tikaf dan tidak keluar dari kondisi tersebut kecuali karena darurat.
Bahwa nabi saw tidak masuk kerumahnya kecuali karena kebutuhan jika berada dalam kondisi I’tikaf”. (Bukhari).
2. Mengisolir diri dalam kondisi I’tikaf dari majlis-majlis gurau, canda, main-main kecuali majlis yang terdapat di dalamnya ilmu, dzikir atau ketaatan kepada Allah. Barhati-hatilah dari menyia-nyiakan waktu dengan banyak tidur.
3. Bersungguh-sungguh pada 10 hari terakhir, khususnya dimalam-malamnya yang ganjil, dengan berharap dapat berjumpa dengan lailatul qadar memenuhi seruan nabi saw
تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان
“Bersungguh-sungguhlah untuk menggapai malam-malam al-qadar pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan” (Muttafaqun alaih)
Bersungguh-sungguh mengisinya dengan kataatan kepada Allah guna menggapai pahala dan ridha Allah SWT. Sesuai dengan sabda nabi saw:
من قام ليلة القدر إيمانًا واحتسابًا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barangsiapa yang bangun pada malam al-Qadar dengan iman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (Bukhari)
Kebutuhan kita terhadap i’tikaf
Bahwa I’tikaf yang disyari’atkan yang diisi dengan ketaatan adalah sarana membentuk seorang mu’takif pada sosok dan bentuk baru, menelurkan peribadi yang baru penuh dengan nilai-nilai keikhlasan dan kejujuran, berisi dengan ruh yang suci dan optimis, siap melakukan nilai-nilai jihad dan tadhiyah, jauh dari berbagai syahwat dan insting negative.
Seakan I’tikaf merupakan pencuci ruh, mengeluarkan hamba darinya kepada yang lebih bersih dari dosa-dosa, lebih suci dari apa yang ada dalam hati, siap menerima hidup dengan ruh baru seluruhnya, dengan fitrah yang suci dan akhlak yang terpuji, bahkan mampu menunaikan kerja menunaikan risalah menuju cahaya Tuhannya. Dan hendaknya hal itulah yang dibutuhkan dan berusaha digapai oleh Ikhwanul Muslimin.
Orang-orang beri’tikaf adalah sosok mumpuni yang siap mengemban risalah dan menunaikan amanah
Wahai ikhwanul Muslim yang mulia…
Ketahuilah bahwa Ikhwanul Muslimin adalah jamaah yang berusaha untuk dekat dengan Tuhannya dan memiliki hubungan erat dengan sang penciptanya, jamaah inilah sebagai satu-satunya jamaah yang memiliki kesiapan untuk mengemban risalah kebenaran, mewujudkan yang terbaik dalam kehidupan umat manusia, karena mereka berusaha meraih pada malam dan siang hari berbagai sebab tarbiyah dan bentuk-bentuk kemuliaan ruh. Sejarah menjadi saksi bahwa kelompok yang senantiasa melakukan I’tikaf, ruku’ dan sujud serta memiliki rasa takut kepada Allah, hati mereka penuh dengan perasaan rindu, mata mereka menangis saat membaca Al-Qur’an, menjadi orang pertama melakukan kebaikan, jujur dalam berkorban dan berjihad, dan memiliki azam yang kuat dalam menampilkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan.
Bahwa dengan berinteraksi dengan benar terhadap Al-Qur’an dan manhaj tarbiyah yang bersih pada saat mengikuti madrasah lail dan I’tikaf akan menghasilkan pribadi dan sosok yang seimbang dalam bentuk dan perilakunya, sehingga kita dapat melihat seorang muslim yang benar menjadi rahib (ahli ibadah) dimalam hari senantiasa terdengar bacaan Al-Qur’an seperti dengungan lebah, sementara dadanya rindu dari membaca Al-Qur’an dan menyimaknya seperti kerinduan orang bertemu dengan anaknya yang telah berpisah selama bertahun-tahun, jika ditabuh genderang perang maka tampak diri mereka meloncat ke atas kuda perangnya, jika dilakukan majlis ilmu dan kajian maka tampak darinya seorang yang faqih dan antusias mencarinya, ketika menjadi jaksa yang memutuskan berbagai urusan manusia tampak darinya sosok yang senantiasa berbuat adil dengan bertahkim pada yang benar dan jauh dari hawa nafsu, jika masuk pada medan politik maka tampak darinya orang yang cerdas dan pintar yang mampu meletakkan berbagai urusan di tempatnya, mampu membedakan antara yang baik dan yang rusak, tidak tertipu dengan agamanya dengan bahasa yang menipu, jika bergaul dengan keluarganya tampak darinya sosok paling baik, paling banyak menjalin silaturahim dan paling tahu akan asal-usul keluarga secara baik, dan jika berinteraksi dengan sesama manusia terdapat dalam dirinya sosok yang mulia dan cerdas tidak suka menipu dan tertipu.
Ia merupakan kelompok yang tertarbiyah dalam madrasah lail yang sesuai dengan manhaj Al-Qur’an yang bijaksana, sehingga mampu menembuskan cahaya Allah ke dalam hati-hati mereka, meluruskan lisan-lisan mereka, komitmen pada jalan yang hak tanpa intrik dan kegoyahan, mengajak dan menyeru kepada Allah dengan penuh bashirah, sehingga Allah membuka hati-hati mereka dan memenuhi relung jiwa mereka dengan senandung ikrar yang kekal
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَاي وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al-An’am:162-163)
Tidak tersimpangkan dari apa yang mereka rasakan akan nikmatnya kebenaran dan tidak gentar karena Allah terhadap celaan dari para pencela.
Demikianlah sosok Qur’aniyah dan rabbaniyah yang sangat dibutuhkan umat, yang mana ikhwanul Muslimin berusaha untuk mewujudkannya dalam diri dan jiwa mereka sendiri terkebih dahulu, dan berusaha mewujudkannya dalam diri dan jiwa umat yang ada disekitar mereka.
Mereka menghidupkan malam-malamnya dengan ketaatan kepada Tuhan mereka # Dengan tilawah dan tadharru (ketundukan) dan munajat
Pada malam hari mereka menjadi hamba yang khusyu’ sementara saat berjihad # melawan musuh mereka merupakan sosok yang paling berani
Karena itu, marilah kita beri’tikaf secara benar wahai ikhwah sekalian yang mulia, jika kalian mengharap menjadi bagian dari mereka dan berjalan seperti jalan yang mereka tempuh, menyatu dalam katibah (batalyon) mereka, dan semoga Allah memberi taufik-Nya kepada kita semua dengan apa yang dicintai dan diridhai Allah. Allah
Maha Besar dan segala puji hanya Milik Allah semata, dan salawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw.
Muhammad Mahdi Akif
Mantan Mursyid Am Ikhwanul Muslimin
Dikutib Dari Berbagai Sumber
No comments:
Post a Comment